Pekerjaan, Prosfesi, dan Profesional

Mengapa manusia harus bekerja? Benarkah hanya untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhannya? Atau, karena alasan lain, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hidup? Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu di lontarkan untuk memenuhi hakikat manusia sebagai manusia sebagai makhluk yang bekerja, bahwa terlepas sebagai usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya, manusia adalah makhluk pekerja.

Manusia dan Kebutuhannya



Sebagai makhluk yang istimewa, untuk melengkapi kehidupannya, manusia harus bekerja keras dan berkarya. Karya tersebut di lakukan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam kehidupannya. Bicara tentang kebutuhan manusia, Abdulkadir Muhamad (2001) mengklarifikasikan kebutuhan manusia menjadi empat kelompok:
  1. Kebutuhan ekonomi.
  2. Kebutuhan psikis.
  3. Kebutuhan biologis.
  4. Kebutuhan pekerjaan.

Kebutuhan ekonomi merupakan kebutuhan yang bersifat material, baik harta maupun benda yang di perlukan untuk kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Kebutuhan ini misalnya sandang, pangan, dan papan.

Kebutuhan psikis, merupakan kebutuhan yang bersifat non material untuk kesehatan dan ketenangan manusia secara psikologi, biasa juga di sebut kebutuhan rohani, seperti agama, pendidikan, hiburan dan lain-lain.

Kebutuhan biologis, merupakan kebutuhan untuk kelangsungan hidup manusia dari generasi ke generasi. Kebutuhan ini sering juga di sebut kebutuhan seksual yang di wujudkan dalam perkawinan, membentuk keluarga dan lain sebagainya.

Kebutuhan pekerjaan, merupakan yang bersifat praktis untuk mewujudkan kebutuhan- kebutuhan yang lain. Kebutuhan pekerjaan ini misalnya adalah profesi, perusahaan dan lain sebagainya.

Pekerjaan dan Profesi

Pada bagian sebelumnya telah di bahas bahwa salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan pekerjaan yang merupakan kebutuhan yang bersifat praktis untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain.



Seiring perkembangan kehidupan manusia, konteks pekerjaan berubah menjadi hal yang di lakukan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Thomas Aquinas seperti di kutip oleh Sumaryono (1995) menyatakan bahwa setiap wujud kerja mempunyai empat macam tujuan, yaitu:

  • Memenuhi kebutuhan hidup, Hasil dari melakukan pekerjaan dapat di gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik kebutuhan akan pangan, sandang, papan maupun kebutuhan yang lain.
  • Mengurangi tingkat pengangguran dan kriminalitas, Adanya lapangan pekerjaan akan mencegah terjadinya pengangguran, yang berarti pula mencegah semakin merebaknya tindak kejahatan.
  • Melayani sesama, Manusia dapat berbuat amal dan kebaikan bagi sesamanya dengan kelebihan darihasil pekerjaan yang di lakukannya. Manusia juga dapat melayani sesama melalui pekerjaan yang di lakukan.
  • Mengontrol gaya hidup, Orang dapat mengontrol gaya hidupnya dengan melakukan suatu pekerjaan. Dengan bekerja, orang akan mendapatkan suatu tutinitas dalam kehidupannya sehari-hari.


Profesi adalah suatu bentuk pekerjaan yang mengharuskan pelakunya memiliki pengetahuan tertentu yang di peroleh melalui pendidikan formal dan keterampilan tertentu yang di dapat melalui pengalaman kerja pada orang yang terlebih dahulu menguasai keterampilan tersebut, dan terus memeprbaharui keterampilannya sesuai dengan perkembangan teknologi.

Gilley Dan Eggland (1989) mendefinisikan profesi sebagai bidang usaha manusia berdasarkan pengetahuan, di mana keahlian dan pengalaman pelakunyan di perlukan oleh masyarakat. Definisi ini meliputi tiga aspek, yaitu ilmu pengetahuan tertentu, aplikasi kemampuan/kecakapan , dan berkaitan dengan kepentingan umum.

Dari beberapa uraian mengenai profesi seperti di atas, dapat di simpulkan beberapa catatan tentang profesi sebagai berikut;

  • Profesi merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan keterampilan dan keahlian khusus yang tidak di dapatkan pada pekerjaan-pekerjaan pada umumnya.
  • Profesi merupakan suatu pekerjaan yang di lakukan sebagai sumber utama nafkah hidup dengan keterlibatan pribadi yang mendalam dalam menekuninya.
  • Profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pengemban profesi untuk terus memperbaharui keterampilannya sesuai penrkembangan teknologi.

Kaitan pekerjaan dan profesi, hakikat pekerjaan menuntut manusia untuk memilih profesi atau keahliannya sacara bertanggung jawab sesuai kemampuannya. Untuk itu, sebelum bekerja dan menjalankan profesi, manusia di tuntut untuk memiliki persiapan yang matang dan sebaik-baiknya.

Profesi dan Profesional

Menurut Kahlil Gibran orang yang professional adalah orang yang mencintai profesinya. Dengan mencintai profesi, orang akan terpacu untuk terus mengembangkan kemampuan yang mendukung profesi tersebut.


Kembali menilik pada pengetian profesi yang telah di bahas sebelumnya, seorang pelaku profesi haruslah memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

  • Menguasai ilmu secara mendalam dalam bidangnya. seorang yang professional adalah seseorang yang menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya, tidak setengah-setengah atau sekedar tahu saja sehingga benar-benar memahami hakikat pekerjaan yang di tekuninya.
  • Mampu mengonversikan ilmu menjadi keterampilan. Seorang yang profesional juga harus mampu mengonversikan ilmunya menjadi keterampilan. Keterampilan, artinya dapat melakukan praktik-praktik atau kegiatan khusus sesuai tugas dan pekerjaannya dengan baik.
  • Selalu menjunjung tinggi etika dan integritas profesi. Biasanya pada setiap profesi, terdapat suatu aturan yang di sebut ‘kode etik’ profesi.


Selanjutnya, seorang yang professional adalah seseorang yang menjalankan profesinya secara benar dan melakukannya menurut etika dan garis-garis profesionalisme yang berlaku pada profesinya tersebut. Untuk menjadi seorang yang professional, seseorang yang melakukan pekerjaan di tuntut untuk memiliki beberapa sikap sebagai berikut :

  • Komitmen tinggi. Seorang professional harus mempunyai komitmen yang kuat pada pekerjaan yang sedang di lakukan.
  • Tanggung jawab. Seorang professional juga harus bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan yang di lakukannya sendiri.
  • Berpikir sistematis. Seorang yang professional harus mampu berpikir sistematis tentang apa yang di lakukannya dan belajar dari pengalamannya.
  • Penguasaan materi. Seorang professional harus menguasai secara mendalam bahan/materi pekerjaan yang sedang di lakukannya.
  • Menjadi bagian masyarakat professional. Seorang profesional harus menjadi bagian dari masyarakat dalam lingkungan profesinya.


Titik penekanan dari profesionalisme adalah penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen, tetapi lebih merupakan sebuah sikap.

Untuk meningkatkan nilai profesionalisme suatu profesi serta untuk membentuk suatu standarisasi profesi, biasanya di bentuk suatu organisasi profesi. 

Organisasi profesiini mengatur keanggotaan, membuat kebijakan etika profesi yang harus di ikuti oleh semua anggota, memberi sanksi bagi setiap anggota untuk dapat terus memperbaharui pengetahuannya sesuai perkembagannya sesuai perkembangan teknologi.

Mengukur profesionalisme

Seringkali kata professional di tambah dengan ‘isme’ yang kemudian menjadi profesionalisme. Kata isme berarti paham. Ini berarti pula bahwa nilai-nilai professional harus menjadi bagian dari jiwa seseorang yang mengembansebuah profesi.



Sebelum mengukur profesionalisme, harus di pahami terlebih dahulu bahwa profesionalisme di peroleh melalui suatu proses. Proses tersebut di kenal dengan istilah “proses professional”. Proses professional atau profesionalisasi adalah proses evolusi yang

menggunakan pendekatan organisasi dan sistematis untuk menggembangkan profesi ke arah status professional.

Untuk mengukur sebuah profesionalisme, tentunya perlu di ketahui terlebeh dahulu standar professional. Secara teoritis menurut Gilley Dan Eggland (1989), standar professional. Secara dapat di ketahui dengan empat perspektif pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan berorintasi filosofi.

ini melihat tiga hal pokok yang dapat di gunakan untuk mengetahui tingkat profesionalisme yaitu :
  • Pendekatan lambang professional. Lambang professional yang di maksud antara lain seperti sertifikat, lisensi, dan akreditasi. Sertifikasi merupakan lambang bagi individu yang professional dalam bidang tertentu. Adapun lisensi dan akreditasi merupakan lambang professional untuk produk ataupun institusi.
  • Pendekatan sikap individu. Pendekatan ini melihat bahwa layanan individu pemegang profesi di akui oleh umum dan bermanfaat bagi penggunanya. Sikap individu tersebut antara lain adalah kebebasan personal, pelayanan umum, pengembangan sikap individual dan aturan-aturan yang bersifat pribadi.
  • Pendekatan electic. Pendakatan ini melihat bahwa proses professional di angaap sebagai kesatuan dari kemampuan, hasil kesepakatan dan standar tertentu. Pendekatan electic ini merupakan pendekatan yang menggunakan prosedur, teknik, metode, dan konsep dari berbagai sumber, sistem, dan pemikiran akademis.

2. Pendekatan Orientasi perkembangan

Orientasi perkembangan menekankan pada enam langkah dalam proses berikut :
  • Berkumpulnya individu-individu yang memiliki minat yang sama terhadap suatu profesi.
  • Melakukan identifikasi dan adopsi terhadap ilmu pengetahuan tertentu untuk mendukung profesi yang di jalani.
  • Setelah individu-individu yang memiliki minat yang sama berkumpul, selanjutnya para praktisi akan terorganisasi secara formal pada suatu lembaga yang di akui oleh pemerintah dan masyarakat sebagai sebuah organisasi profesi.
  • Membuat kesepakatan mengenai persyaratan profesi berdasarkan pengalaman atau kualifikasi tertentu.
  • Menentukan kode etik profesi menjadi aturan main dalam menjalankan sebuah profesi yang yang harus di taati oleh semua anggota profesi yang bersangkutan.
  • Revisi persyaratan berdasarkan kualifikasi tertentu seperti syarat akademis dan pengalaman melakukan pekerjaan di lapangan.


3. Pendekatan orientasi karakteristik

Orintasi ini melihat bahwa proses professional juga dapat di tinjau dari karakteristik profesi/pekerjaan.

4. Pendekatan orientasi non-tradisional

Perspektif pendekatan non-tradisional menyatakan bahwa seseorang dengan bidanf ilmu tertentu di harapkan mampu melihat dan merumuskan karakteristik yangunik dan kebutuhan sebuah profesi. 

Orientasi ini memandang perlunya di lakukan identifikasi elemen penting untuk profesi, misalnya standarisasi profesi untuk menguji kelayakannya dengan kebutuhan lapangan, sertifikasi profeional, dan sebagainya.

Dengan pendekatan-pendekatan yang di bahas di atas, dapat di simpulkan bahwa mengukur profesionalisme bukanlah hal yang mudah karena profesionalisme tersebut di peroleh melalui suatu proses profesinal, yaitu proses evolusi dalam mengembangkan profesi kea rah status professional yang di harapkan.


EmoticonEmoticon